Sekolah Alternatif Rayon P


30 orang berkumpul di Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) UIN SATU Tulungagung. 

30 orang kader PMII dari internal dan eksternal, duduk tentu bukan bermaksud main-main apalagi berbuat maksiat, tetapi seperti yang dikatakan Sahabat Aris selaku Ketua Komisariat PMII UIN SATU saat membuka acara ini, adalah bahwa dengan sekolah seperti ini, diharapkan bisa mencetak kader yang kompeten dalam berorganisasi.

Tiga materi dirangakai dalam satu hari dari siang, sore, hingga malam. Meliputi materi persidangan, strategi komunikasi dan membangun jaringan, serta yang terakhir adalah kepemimpinan dan organisasi sebagaimana keterangan yang tertera dalam brosur yang tersebar.

Bahwa tak dipungkiri peristiwa seperti Nyai Ontosoroh dengan Minke yang memperjuangkan hak sebagai pribumi di depan Belanda dalam buku Bumi Manusia, atau Gilad Erdan Dubes Israel yang merobek salinan piagam PBB. 

Jum'at, 24 Mei 2024 di Komisariat PMII UIN SATU Tulungagung.


Sahabat M. Fahmi R. menjadi pemantik diskusi tentang persidangan, seorang Ketua Senat Mahasiswa (SEMA) UIN SATU dan orang yang tergabung di dalam Komunitas Pusat Kajian Filsafat dan Teologi (PKFT). Dengan moderator Sahabat Zaki yang juga mengepalai SEMA Fakultas Adab dan Dakwah (FUAD) yang juga tergabung di dalam komunitas PKFT, keduanya membakar kepala peserta dengan pertanyaan, ceramah, dan dialektika seputar persidangan.

30 peserta tentu sedikit-banyak mengetahui tentang persidangan, bahwa tak dipungkiri peristiwa seperti Nyai Ontosoroh dengan Minke yang memperjuangkan hak sebagai pribumi di depan Belanda dalam buku Bumi Manusia, atau Gilad Erdan Dubes Israel yang merobek salinan piagam PBB saat dilaksanakan pemungutan suara untuk Palestina supaya resmi tergabung secara penuh menjadi anggota PBB pada 10 Mei 2024 lalu.

Tentu yang dijelaskan Sahabat Fahmi saat forum berlangsung yang mengatakan, "Kalau masih kurang kita lanjut ngopi, saya tunggu di PKFT. Kita ngopi sambil belajar." Ia juga menjelaskan dari bentuk, macam, kulit, isi, dan sebagainya dari persidangan umum maupun persidangan di ranah mahasiswa dan organisasi-organisasinya.

Acara kemudian berlanjut pada sesi kedua, diskusi dengan judul Strategi Komunikasi dan Membangun Jaringan oleh Sahabat M. Hirzuddin Al-Bashor dengan Sahabat Samsul sebagai teman yang membacakan CV beliau dari pendidikan hingga tingkat organisasi. Dir Uud begitu beliau disapa.

Kadang gelak tawa terdengar, dan kadang tiba saat serius menjadi mencekam sebab memang pada dasarnya tak ada keindahan yang bertahan lebih dari 1000 tahun. 

Forum berjalan dengan lancar, tak ada tsunami atau gempa bumi atau bencana alam yang dapat mengancam keberlangsungan acara saat itu. Kadang gelak tawa terdengar, dan kadang tiba saat serius menjadi mencekam sebab memang pada dasarnya tak ada keindahan yang bertahan lebih dari 1000 tahun. Karena indah, pasti terganti, dan joks-joks tawa pasti berubah.

Dir Uut menyampaikan bahwa komunikasi dan kaderisasi tak dapat dipisahkan. Layaknya dua wajah koin, atau siang dan malam, atau gelap dan terang. Hal itu terjadi karena kaderisasi tak mungkin bisa bertahan tanpa komunikasi, sehingga bagaimana pun, komunikasi yang baik akan membuat jalan kaderisasi berjalan dengan baik pula, dan sebaliknya.

Lalu ia menambahkan, bahwa kita akan begitu naif bila memandang PMII hanya sebagai organ yang menjadi kaki-tangan kaderisasi, karena kenyataannya PMII juga merambah pada warna-warna lain seperti politik. Tentu, organisasi sebesar PMII adalah wadah bagi kader-kader dengan latar belakang mental, pendidikan, jurusan kuliah, dan segalanya yang berbeda-beda. Namun, bhineka tunggal Ika sebagai landasan kita berbudaya, tak lupa menjadi tembok bagi kelicikan dan kepicikan kebebasan tanpa tanggung jawab di PMII.


Setelah sesi acara kedua berlangsung ternyata sudah mepet dengan azan Magrib, sehingga peserta bebas ingin salat di mana saja. Ada yang salat di tempat, di masjid, dan ada peserta yang salatnya sudah seperti orang-orang jadab, mereka diam dan tiba-tiba menghilang.


Sebelum azan terdengar, peserta yang melakukan ritual wajib kembali ke tempatnya masing-masing. Mendengar Sahabat Ncue atau nama pemberian orang tuanya, Basyarudin, dalam menitah serta meragukan jawaban juga bantahan bahkan titahnya sendiri dalam forum yang membahas konsep kepemimpinan dan organisasi.

Seperti yang diungkapkan oleh Pak Yon, Ketua dari Rayon Persiapan yang akrab ditegur dengan nama Na'im, bahwa tujuan acara ini adalah semurni air mata kekasih yang terpaksa menangis dalam kesederhanaan pernikahan, yaitu membentuk kader-kader PMII dengan cinta dan air mata. Begitu katanya saat di depan menyampaikan sambutan.

Mulai teori hingga praktik, dalam bahasa kami Dir Ncue telah tuntas mencari dan membawa bekal perkara organisasi dan kepemimpinan. Dir Ncue, sapaan akrab beliau, memberikan segala apa yang ia bawa, yang menemani perjalanannya mulai dari menjadi ketua Rayon Rumi, hingga direktur komunitas PKFT yang sekarang. Peserta tentu menemukan makanan berdaging dalam kata-kata yang beliau sampaikan dan semua materi tentang kepekaan berorganisasi yang juga disampaikannya.


Penulis: Alfin

Editor: Putri

Lebih baru Lebih lama