Mitos dan PMII


25 abad lebih berlalu, ketika mitos di Yunani  terpaksa pulang ke indekos, dan disegel oleh police line logos. Dengan semangat yang sama seharusnya, 1960 sebagaimana PMII dipikirkan serta diparkirkan oleh para pendiri, kedati angin bodoh berulang kembali. Ketua umum yang lari dari kritik, kader-kader yang hilang dari tanggung jawab dan bias gender, terikut oleh anggota baru yang membungkuk kepada senior (Maka sembahlah aku, sembahlah aku dalam kesenioritasan).

Bukankah sangat mencengangkan jika kader-kader kita masih setia kepada warna laut dan matahari yang membuatnya hijau? Bila dahulu para pendahulu mendirikan atas dasar menentang kekuasaan, haus kekuasaanlah yang acapkali terjadi pada tubuhnya saat ini. Tentu masuk saja ke dalam PMII tidak bisa serta merta membuat seseorang dapat berpikir kritis, bahwa kesadaran harusnya dibangun perlahan. Namun, apakah 27 tahun organisasi ini berdiri di tubuh Tulungagung masih kurang dewasa? Jika itu terhitung usia manusia, maka yang ada sudah lulus S-2 dan berpikir kritis bonusnya.

Kembali ke mitos, tersemogakan bahwasanya munculnya flyer coming soon Konfercab di PC PMII Tulungagung ke-27  bukanlah sekadar mitos. Mitos memanglah asyik dan lucu sebagai aroma angin tidur, tapi percayalah kader-kader kita, PMII Tulungagung tidak sedang mengantuk, dan bahwasanya nyanyi-nyanyian lagu PMII saat Konfercab lebih menggairahkan dan dinantikan.

Dan sekali lagi mengingatkan, bahwasanya bekerja adalah kegiatan eksistensial manusia. Namun, menjadi ketua umum PMII bukanlah bekerja. Masuk PMII berarti ingin ber-khidmah ucap sahabat lama.

Penulis: Sahabat Bagus W. Panjalu
Editor: Putri
Lebih baru Lebih lama