Foto diambil ketika diskusi sedang berlangsung.
Pergerakan ialah suatu sikap dari organisasi ataupun kelompok tertentu dalam menanggapi fenomena sosial, ucap seorang pemateri yang tak lain Sahabat Maftuh dalam suatu diskusi dengan tema "Matinya Pergerakan" yang terlaksana di Depan Pohon Rindang (DPR)
Diskusi dilaksanakan dengan diwarnai berbagai macam manusia intelektual yang berkerumun di Depan Pohon Rindang, sang surya yang meredup tertutup awan, dan canda gurau dari audiens.
Diskusi dimulai dengan pertanyaan dari distributor apakah pergerakan itu?
"Pergerakan ialah suatu sikap dimana organisasi merespons ataupun tanggap dalam melihat fenomena sosial yang telah terjadi dalam lingkungan masyarakat," ujar dari Sahabat Maftuh selaku pemasok dalam diskusi (Red).
Hal yang serupa juga disampaikan oleh Sahabat Alfha selaku pemasok dalam diskusi.
"Sejatinya pergerakan dapat dimaknai kita melakukan sesuatu dalam organisasi mahasiswa yakni dalam melaksanakan program kerja ataupun menampung aspirasi," ujarnya.
Kemudian distributor melanjutkan pertanyaan selanjutnya. Bagaimana pergerakan dapat dikatakan mati?
Pertanyaan tersebut kemudian ditanggapi oleh Sahabat Alfha yang mana dalam pandangannya sebagai ormawa intra kampus, sejatinya pergerakan dianggap mati, karena adanya program kerja yang monoton dan tidak relevan dengan situasi dan kondisi di sekitar. Sahabat Alfha juga berpendapat bahwasanya pergerakan mahasiswa sekarang dianggap follow the trend (mengikuti trend).
"Jadi pergerakan sekarang disesuaikan dengan trend dalam media sosial tanpa mengetahui validitas dari kebenaran tersebut dan tidak disesuaikan dengan kondisi sekitar," ungkapnya.
Dari banyaknya pendapat yang mempertanyakan dari matinya sebuah pergerakan, beberapa audiens menanggapi dari tema tersebut, salah satunya ialah Sahabat Ainul Yaqin yang mengatakan," Ketika sahabat-sahabat mempertanyakan matinya sebuah pergerakan, mari kita melakukan intropeksi diri dengan berpikir bahwasanya bukan sesuatu yang didapatkan, melainkan apa yang dapat diberikan untuk sebuah organisasi pergerakan."
Diskusi kemudian dilanjut dengan sesi tanya jawab. Dalam kesempatan ini, Zen sebagai salah satu audiens bertanya. "Apa suatu indikator suatu pergerakan dikatakan mati? Sebab saat ini banyak isu-isu yang ada di Tulungagung tapi tidak pernah diangkat ataupun dibahas?"
Pertanyaan kemudian ditanggapi oleh Sahabat Maftuh yang berpendapat bahwasanya yang menjadi indikator matinya pergerakan ialah tidak adanya ruang aksi ataupun mengkritisi dari suatu kebijakan baik dari kampus maupun pemerintah.
Diskusi ditutup dengan Sahabat Maftuh yang mempertanyakan sikap Pengurus Cabang PMII perihal menanggapi isu-isu yang harus dikritik.
"Suatu indikatornya adalah yang pertama kita lihat dalam postingan Instagramnya PMII lebih banyak mana pamlfet ucapan atau pamflet kajian? Lalu yang kedua apakah sudah pernah sekelas Cabang PMII demo menyampaikan aspirasi? Atau paling tidak mengkritik suatu kebijakan yang tidak adil untuk rakyat kecil?"
Selanjutnya, mari kita pungkasi pembahasan ini dengan apa yang sudah diutarakan Sahabat Ainul Yaqin sebelumnya sebagai salah satu audiens yang budiman sebagai bahan renungan.
"Ketika sahabat-sahabat mempertanyakan matinya sebuah pergerakan, mari kita melakukan intropeksi diri dengan berpikir bahwasanya bukan sesuatu yang didapatkan, melainkan apa yang dapat diberikan untuk sebuah organisasi pergerakan."
Penulis: Nopal
Editor: Putri