Bukan Cerita Fiksi untuk Cabang PMII

Doc. Dari Google Foto.

 

—Ketinggalan di mana etika cabang? Waktunya menjabat telah habis, tidak patut lagi membuat acara-acara di saat SK kepengurusannya telah selesai—

Organisasi PMII bukan berjalan dengan dasar asal-asal, melainkan  pasal-pasal sakral-rasional yang seharusnya empunya kekuasaan tak melenggang santai di karpet merah pertunjukan. Karena alih-alih berupaya menjadi bintang bersinar dalam kegelapan, menerima tepuk tangan meriah, merasa memberikan kegembiraan yang menghibur, justru kadang menjadi badut main sulap di depan anak-anak kecil ulang tahun yang kadang kala bersifat profan.

Setidaknya, itulah gambaran yang dapat ditangkap dari show pergerakan dengan jenjang paling tinggi di Tulungagung, organisasi PMII dengan basis massa yang sampai pada taraf tumpah-tumpah, akibat dari kesengajaan maupun tanpa sengaja, atas penggunaan kekuasaan yang tak habis dimakan waktu.

Ketika ngobrol bersama ketua rayon, waktu itu berada di kontrakan rayon, tepatnya sebuah kontrakan di pinggir jalan kecil di samping sungai. Sahabat ketua rayon berujar bahwa program Pengurus Cabang PMII Tulungagung yang telah berjalan, andai proker berbentuk makanan, maka rasa yang bisa didapat masih hambar. 

Lalu salah seorang sahabat yang lain berceletuk, bahwa kurangnya rasa gurih yang bisa diolah di kepala, dan kurangnya rasa nikmat ketika acara-acara yang diselenggarakan Cabang PMII Tulungagung turun kepada kader-kader rayon.

Ia mengatakan banyak janji pengurus cabang untuk memenuhi gairah para kader di lingkup komisariat maupun rayon adalah janji kosong. Misalnya, cabang dulu pernah berjanji akan memberikan ruang bagi sahabat-sahabat yang konsen dalam dunia olahraga online atau E-sport. Namun, hingga saat ini janji itu ya hanya janji-janji tok, ungkap sahabat ketua rayon.

Salah satu rayon PMII yang mengontrak rumah di Desa Tunggul Sari kami kontak untuk memberikan keterangan mengenai tumpulnya etika dan rasa, sebab kekuasaan yang dimainkan Pengurus Cabang PMII selama waktu jabatan layaknya kartu remi beserta dadu di depan mahasiswa yang setidaknya pernah mengenal arti “berdarah-darah” walau sekecil-kecilnya dalam perjuangan.

Ketua rayon yang mengontrak di desa Tunggulsari itu menambahkan, bahwa dalam hal pengawalan Pengurus Cabang PMII saat kaderisasi formal di rayon begitu mengecewakan. MAPABA dan PKD seperti berjalan sendiri, menemukan tujuan sendiri, dan saat tersesat di belantara pergerakan, pihak Cabang hanya memantau dari puncak menara gading kekuasaannya.

Dengan lugas ketua rayon itu mengatakan, “Runtuhkan saja itu cabang, masanya telah habis, tidak patut lagi membuat acara-acara di mana SK kepengurusannya telah selesai.” Waktu itu kami berbincang di dalam sebuah kamar sempit dan pengap, dengan penerangan seadanya, juga pikiran yang seadanya pula karena masih belum buka puasa.


"Organisasi PMII bukan berjalan dengan asal-asal, melainkan pasal-pasal sakral, yang seharusnya empunya kekuasaan tak melenggang santai di karpet merah pertunjukan."

 

Puasa memang ciri dari bulan Ramadan, di samping toko sepatu yang ramai, toko baju yang dipadati pengunjung saat salat tarawih masih berlangsung, dan harga-harga bahan kebutuhan pokok naik di saat gaji masih tak naik-naik. Namun, ciri-ciri bulan Ramadan kali ini (2024) bertambah satu, yaitu dengan tak adanya kegiatan terselenggara dari tingkat tinggi organisasi sekelas (dan berkelas) dari Pengurus Cabang PMII Tulungagung, setidaknya hingga saat ini.

Walaupun hingga saat ini masih terlihat damai menuju uju hening dari Cabang PMII Tulungagung, ternyata terlihat pamflet cooming soon berisi teks iklan pelatihan dasar instruktur yang terpampang pada IG Cabang PMII. Mungkin iklan tersebut merupakan bentuk sosialisasi yang menuntut kepekaan kader-kader se-Tulungagung, bahwasannya dalam SK kepengurusan cabang yang telah habis, para kader harus ikut dan meramaikan acara ini, tanpa perlu tahu-menahu, bahwa tak mengapa membuat acara walau masa jabatan sudah habis.

Tertanggal 15 Maret pamflet acara itu muncul pada media sosial berupa IG, tanpa ada sosialisasi yang sama seriusnya dengan isi acara tersebut. Kemudian kepanitiaan yang menjadi tangan-tangan penggerak acara baru muncul dalam grub WA Cabang PMII pada tanggal 20 Maret, lima hari yang lalu, dan lima hari setelah coming soon diunggah di media sosial. Informasi ini diperoleh lewat ngopi santuy dengan salah satu pengurus cabang yang masih aktif.

Kabar dari salah satu ketua rayon PMII yang memiliki kontrakan di sekitar Desa Plosokandang, acara PID (Pelatihan Instruktur Dasar) akan diselenggarakan pada tanggal 27 Maret. Ia begitu menyayangkan acara yang bisa dianggap bagus, bahwa ndadaknya acara ini membuat keantusiasannya pada acara ini hilang seketika. Saya menyebutnya tidak antusias karena memang ketua rayon dimintai tolong untuk memberikan delegasi peserta dari anggota dan senior yang berasal dari rayonnya, sedangkan informasi akan acara PID baru didapat pada tanggal 24 Maret kemarin.

Ada 8 ketua rayon PMII yang berada di Tulungagung memiliki anggapan bahwa dengan dasar keberlangsungan organisasi, yaitu daripada menyelenggarakan acara PID, alangkah jalan yang bijak ketika Pengurus Cabang buru-buru mengadakan KONFERCAB, agar kejelasan yang paling jelas dapat terlihat sekurang-kurangnya dengan kacamata minus dua, perihal organisasi yang berdasar akal sehat.

Penulis: Alfin

Editor: Putri

Lebih baru Lebih lama