"Analisis sosial, adalah pedang bagi siapapun, yang menginginkan sebuah perubahan, asek"
Mengulas materi dari kaderisasi formal PMII, sahabat Nina memaparkan “analisa sosial” dengan ringkas, padat dan jelas. Dengan moderator manis dan gemoy, sahabat samkhan bin bapak e, membawa acara dari jam tiga sore, hingga menjelang matahari berada pada titik ngantuknya, senja.
Dibawah pohon rindang, sisi Utara gedung Arif Mustaqim UIN SATU, panitia rayon P (persiapan) jurusan Adab dan dakwah, fakultas FUAD mengelar tikar dan banner bekas, untuk duduknya para peserta diskusi. Diskusi ini memang membawa kesan sederhana, namun perlu di ketengahkan bahwa sederhana tak selalu murah. Diskusi ini berlangsung pada bawah pohon trembesi, yang sudah berumur. Dengan, bendera PMII yang sengaja berada pada pohon itu. Mungkin, pohon itu termasuk anggota IKA PMII. Mungkin saja. Dan pengeras suara.
Sekitar 50 orang -kurang lebih berkumpul untuk mendengar, dan bergantian bicara saat sang pemantik sahabat Nina selesai memaparkan materinya. Tanya dan jawab antar pendengar, atau peserta diskusi memanas dan mendidih. Sahabat samkhan untung telah mempersiapkan air dan pemadam kebakaran, sehingga kata-kata yang terlihat seperti api yang menyambar-nyambar dapat diatasi dengan sempurna.
“Jadi apakah ada pertanyaan atau tanggapan” saya kutip dari ungkapan moderator. “saya” salah satu peserta dengan mengangkat tangan begitu semangat untuk membicarakan masalah krusial yang pada akhirnya mengingatkan, bahwa materi ansos (analisa sosial) telah dihilangkan pada materi wajib mapaba. Oh, ini ungkapan pak Kom, aris. Setelah sahabat Nina menjawab tanggapan dari yang mengangkat tangan tadi, sang moderator kembali, melempar ajakan dialektika, membuka ruang untuk percakapan paling bebas di dunia, tak seperti dalam ruang kelas, kali ini seorang peserta yang dicurigai bernama Saifudin, mencoba merangkai kata untuk argumen bahwa ; "sebenarnya, apakah benar berguna analisis sosial ini?", titik pangkal panasnya, hemat penulis dari sini. Namun, karena moderator yang telah siap-siap, dan pemantik yang luar biasa siap, pertanyaan dan tanggapan selanjutnya, membuktikan bahwa pernyataan -bahwa ansos tidak berguna - adalah salah.
Kemudian acara ini, “adalah salah bentuk realistik, bahwa ansos dalam prakteknya menghasilkan sebuah proses intelektual, atau dengannya kita dapat bersua dalam acara besutan rayon persiapan”, pak Kom ketika diminta, dipaksa, oleh moderator dan seluruh peserta diskusi, untuk memberikan klosing statemen, atau kata terakhir sebelum diskusi diakhiri.
Sebelum pak Kom aris memberikan statement, ada peserta diskusi sekaligus adalah ketua rayon Al fraire mengatakan “saya begitu mengapresiasi kerja-kerja rayon persiapan, yang bahkan belum punya nama, yang salah satunya adalah diskusi ini, begitu keren”. Memang, ini adalah acara pertama di rayon yang baru dibentuk tahun 2023-2024 ini. Memang persiapan, bukanlah nama rayon, melainkan berarti bahwa rayon ini masih berada dalam masa percobaan.
Sebelum rayon persiapan hadir, fakultas Ushuluddin adab, dan dakwah hanya memiliki satu rayon, yaitu Jalaludin Rumi. Oleh sebab-sebab yang banyak, salah satunya adalah meludaknya jumlah mahasiswa FUAD, karena fakultas ini, menaungi 12 PRODI. Sehingga pemecahan, tak dapat dihindari.
Diskusi diakhiri foto bersama, untuk mengenang bahwa diskusi bukanlah tujuan, melainkan awal dari tujuan mulia yaitu proses analisis, menjadi lebih-lebih baik dan berguna. “tidak hanya wacana, namun juga aksi nyata”, begitulah ungkapan dari sahabat 'ainul yaqiin
Setelah foto, semua buyar dan pulang ke rumah masing, dan ada juga yang pulang ke kosnya masing. Penulis, menghampiri ketua rayon yang pada saat itu, menggulung kabel sound. "Acara ini, adalah bentuk nyata dari rayon P, walaupun belum genap setahun rayon ini lahir, mampu membuat acara diskusi yg luar biasa, saya sangat bangga", sepenangkapan penulis, itulah kalimat yang tersampaikan oleh pak Yon, yang berbicara menyampaikan ungkapan tadi, sekaligus tangannya sedang menggulung kabel mic.