Bedah buku perburuan, Diskusi Komisariat PMII UIN SATU Tulungagung

Foto nya ini..
 

Berani untuk bersikap, Berani tersingkir"




Pada hari itu, Komisariat meng-adakan sebuah perkumpulan singkat, atau biasa disebut dengan Diskusi, tentang sebuah buku berjudul “perburuan” yang ditulis oleh sastrawan, yang digadang menjadi bunga angkatan 45, Pramoedya Ananta Toer.


“Diskusi ini, membawa satu narasi dari satu ide kecil dalam buku ini, yaitu berani bersikap maka harus berani tersingkir”, ungkap pak Kom aris, ketika acara ini dibuka dengan semena-mena oleh calvyn selaku moderator didalam acara ini.


Buku yang inginnya dibedah, dengan pisau seadanya, sebisanya oleh sahabat Alfin didalam acara ini, adalah kendala yang serius. Sebab, dalam membedah suatu buku, setidaknya buku telah setidaknya berada dalam kepala seluruh peserta yang berada dalam forum. Begitulah anggapan pendek penulis, ya walaupun ada dalih yang di kemukakan oleh sahabat calvyn saat ia bicara di depan, di lihat oleh seluruh sahabat-sahabat PMII dan kawan se-manusia se kampus (kalau ada) “kalau memang buku telah usang dimakan oleh teknologi yang memanjakan mata dan otak, endorfin bepacu dengan waktu, Maka dalam diskusi kali ini, sengaja buku yang dibawa karena entah nantinya, dapat menggugah macan tidur di dalam jiwa masing-masing orang yang hadir dalam forum ini, sehingga buku menjadi teman saat berkarir dalam kehidupan yang mulai melelahkan ini” tangkas calvyn saat hampir membuka acara dibawah pohon rindang, Utara gedung AM.


Belum lagi membicarakan topik, dan tema acara, ia justru dengan kesewenangan bertanya pada forum, “coba tanyakan sesuatu secara spontan teman-teman, sebelum saya mencoba terangkan kegelapan yang pasti membosankan”. Peserta hening, Mata dan kepala kemungkinan bingung, kenapa justru pertanyaan yang muncul pertama kali?. “saya, saya mau tanya. Isi dalam buku itu apa ya?”, sahabat Fauzi tangkas mengucapkan, juga dengan lantang penuh percaya diri. “pertanyaan bagus” sambung oleh pembawa kayu bakar, sahabat Alfin Saifuddin. Dan, terjadilah banyak kalimat yang menjulur-julur, tentang cerita yang diceritakan dalam forum ini. 


“den hardo, anak wedana yang membelot mengkhianati jepang, demi keyakinan bahwa kemerdekaan Indonesia bukanlah pemberian, namun atas jerih darah, dan kengeyelan”


Begitulah kira-kira awal dari kalimat, yang nantinya akan membuat forum ngantuk, dan bosan tak main. Namun, di sela-sela bosan mulai gerogoti pantat forum, moderator yang ahli ini tak luput dari kerjanya sebagai pembawa juga pengarah jalan acara, agar tak tersesat, dan hilang dalam kegelapan ide abstrak yang jauh dari realita. 


“coba berikan satu ide, tentang buku yang pean baca”, calvyn mencoba mengahalau kebosanan 


“Tentu, ide dalam novel ini, beragam dan bercabang. Mulai dari isu nasionalisme ke-asianan, tentang keras kepala memegang keyakinan sebuah kemerdekaan, tentang perang dan keberania, tentang kere setelah kalah perang. Namun, titik fokus cerita yang dibangun oleh Pram dalam novel ini, adalah tentang perasaan tokoh utama, dari Yang sebelumnya adalah hewan buas yang siap menerkam jepang dengan kejam, menjadi pribadi yang humanis. Pribadi yang dalam enam bulan menjadi kere, karena selalu setiap nafas ia diburu oleh pasukan militer Jepang, untuk dihukum dan diadili atas penghinaan yang diberikan olehnya, kepada jepang selaku pemegang pemerintahan Indonesia yang sah secara internasional, namun begitu bejat kepada kaum pribumi”,  sedikit saya buang bagian kalimat yang banyak njlimetnya oleh Sang pembawa kayu bakar ini. SETIDAKNYA, AGAR berita-britaan INI BISA DIBACA.


Hampir dua jam, pengoceh mengocehkan tentang Pram, dan tentang perburuan. Hingga akhirnya selesai. Dan pulang.


“berani bersikap, adalah problem yang harus kita atasi, tetap dengan resiko, tersingkir dan terjerembab pada sampah peradaban,  walaupun toh andai terjerembab dalam sampah, kita sudah berani bersikap, dan berjuang sebaik-baiknya” ungkap aris, selaku ketua komisariat PMII UIN SATU Tulungagung.

Lebih baru Lebih lama