Peran Mahasiswa Dalam Mengoptimalkan Budaya Literasi Menuju Indonesia Emas 2045 Di Era Society 5.0

Peran Mahasiswa Dalam Mengoptimalkan Budaya Literasi Menuju Indonesia Emas 2045 Di Era Society 5.0
Foto mahasiswa Tulungagung - Munawir - Dok. Istimewa

Berbicara soal budaya literasi, tentu tidak terlepas dari dunia pendidikan. Secara umum pengertian literasi adalah kemampuan yang berkaitan dengan membaca dan menulis, namun sebenarnya literasi tidak hanya terkait membaca dan menulis, tetapi juga berhubungan erat dengan berbahasa yaitu, membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Selain itu, budaya literasi merupakan pondasi dalam membangun sebuah negera, terutama meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan pengetahuan yang lebih luas. 

Apalagi seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu cepat dan pesat di era saat ini. Membuat budaya literasi semakin perlu diperhatikan diberbagai negara terutama Indonesia. Seperti yang dijelaskan oleh Suherdi, dkk (Suherdi et al., 2021) bahwasanya bangsa yang besar adalah bangsa yang ditandai dengan masyarakat literat dan memiliki peradaban yang tinggi. Tentu Indonesia yang merupakan bangsa yang besar harus mampu dan berusaha untuk mengembangkan literasi di abad 21. 

Adanya budaya literasi yang melekat pada diri setiap pemuda terutama mahasiswa akan sangat membantu perkembangan bangsa Indonesia karena kegiatan berliterasi dapat membentuk pola pikir maju dengan berpandangan yang lebih luas. Sebab bangsa yang memiliki literasi yang tinggi akan mampu mengahadapi persaingan global.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang cepat dan pesat di era digital saat ini, telah membawa perubahan gaya hidup instan di masyarakat sosial abad ke 21. Dengan maraknya penggunaan gedget sebagai penopang kebutuhan belajar, berdagang maupun sebagai sarana hiburan. Perkembangan seperti itulah yang telah diakui sebagai awal munculnya generasi di era society 5.0. 

Era society 5.0 merupakan kelanjutan dari era revolusi industri 4.0 yang mempunyai peranan besar di bidang industri dalam menciptakan dan mengimplementasikan manufaktur guna mempercepat produktivitas atau artificial intelegent (AI). (Nastiti & Abdu, 2020) menjelaskan bahwa pemerintahan Jepang telah mencetus sebuah era bernama era society 5.0 dengan membentuk sebuah konsep yang membahas tentang faktor keadaan sosial masyarakat yang tidak hanya terbatas mengenai faktor manufaktur saja. Melainkan mempunyai konsep big data yang dikumpulkan melalui teknologi internet oleh Internet Of Things (IOT) yang diubah menjadi Aritifical Inteligence (AI) untuk membantu masyarakat sosial dalam aspek kehidupan yang lebih baik.

Menindaklanjuti hal tersebut, untuk menghadapi persoalan di era society 5.0 demi mewujudkan "Generasi Indonesia Emas 2045" pemerintah Indonesia telah ikut menyepakati Documen Sustainable Development Goals (SDGs) yang berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan demi mewujudkan kesadaran akan budaya literasi di masyarakat yang ditandai dengan pentingnya penggunaan informasi di era saat ini. Sejalan dengan itu.

Kementerian pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia (Kemendikbud, 2017) dalam pemyusunan peta jalan "Generasi Emas Indonesia 2045" juga menjelaskan tentang kesepakatan yang dikeluarkan oleh presiden Jokowi Dodo melalui Peraturan Presiden No. 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, dengan menetapkan tujuan global pendidikan yakni “Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua”. Untuk mencapai tujuan tersebut, telah ditetapkan 7 sasaran global dan sasaran nasional RPJMN, salah satunya berfokus untuk menjamin kebutuhan pemuda baik perempuan maupun laki-laki dalam kemampuan berliterasi dan nuermsia. Seperti pada gambar berikut:

Mengingat, bahwa budaya literasi di Indonesia sangatlah rendah. Berdasarkan survie dan penelitian yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019 tentang  budaya literasi terhadap 70 negera dan ternyata Indonesia menduduki peringkat 62 dari 70 negera. Dijelaskan bahwa total bahan bacaan rata-rata  0,09 setiap jumlah penduduk Indonesia. 

Berarti satu buku ditunggu oleh 90 orang setiap tahun. Bayangkan betapa rendah indeks peminatan dalam membaca. Sedangkan Standar UNESCO minimal 3 buku untuk setiap orang setiap tahunnya (Utami, 2021). Melihat hal tersebut, tentu dapat disimpulkan bahwa budaya membaca yang tidak terlepas dari literasi masilah kurang. Padahal budaya literasi sangatlah penting diterapkan di lembaga pendidikan yang memang merupakan wadah literasi dapat bertumbuh. Apalagi dalam ruang lingkup kampus, harusnya budaya membaca dan menulis dapat tumbuh dengan maksimal.

Dari situ, harusnya mahasiswa dapat mengoptimalkan dan mengambil peran penting dalam berliterasi. Pada hakikatnya, dengan berliterasi tentu dapat menumbuhkan jiwa yang berkompeten, membentuk cara berpikir, bercakap, dan komprehensif. “Kuasai dunia dengan ilmu, jalannya adalah belajar, senjatanya adalah menulis, kekuatannya berasal dari membaca,” itulah sepenggal kata-kata dari Dr. Fahrudin Faiz seorang pakar Filsafat Islam, yang mengartikan betapa pentingnya berliterasi dalam memperbarui kehidupan bangsa ini. 

Bayangkan jika mahasiswa masih malas dalam hal membaca dan menulis lalu bagaimana mereka bisa memberikan peran dan perubahan dalam membangun Indonesia lebih maju? Memang literasi bukan sekedar kata melainkan makna, bukan juga sekedar kemampuan baca tulis, melainkan segenap kemampuan individu dalam mewujudkan potensial dan skill yang dimiliki untuk menghadapi perkembangan terknologi informasi dan komunikasi khususnya di era society 5.0. 

Persoalan tersebut sebenarnya dapat dipecahkan dengan berkaloborasi bersama-sama, karena pendidikan yang bermutu dapat dioptimalkan dan diupayakan oleh semua pihak, termasuk calon guru profesional yaitu mahasiswa harusnya mempunyai kepriadian unggul. Sebab, mahasiswa adalah mutiaranya agen of change dan kaum intelek, pelopor perubahan yang memiliki wawasan dan pengetahuan luas dalam menuangkan ide atau gagasan pembaruan inovasi dan variatif. Bukan sekedar slogan-slogan demonstrasi saja.

Sebenar-benarnya mahasiswa adalah mahasiswa yang tidak sekedar mementingkan akademis. Namun realitasnya masih memikirkan kualitas hidupnya. Padahal yang di maksud kepribadian ini adalah kepribadian yang mampu menganalisis dan melihat kondisi sekitarnya serta berperan menjadi pemegang kunci untuk menentukan arah kehidupan masyarakat dan bernegara. Menimbang kondisi yang memprihatinkan terkait rendahnya literasi di Indonesia hendaknya menjadi perhatian mahasiswa.

Oleh karena itu, peran mahasiswa sangat diperlukan dalam membentuk generasi muda yang melek-aksara, ber-intelek, produktif, komprehensif dan cakap dalam menumbuhkan budaya literasi dengan pemanfaatan teknologi di era digital saat ini, untuk mewujudkan "Generasi Indonesia Emas 2045". 

Mahasiswa adalah insan akademis dengan tingkat intelektual yang tinggi. Karena dalam penerapannya akan mempengaruhi kompetensi dibidang akademik, kondisi lingkungan sosial dan nilai-nilai budaya kehidupan masyarakat. Menurut Karisma, dkk (Dera et al., 2017) ada tiga peran penting yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk membawa Indonesia lebih maju yaitu, sebagai agen of change, social control, dan iron stock.

Berdasarkan pemaparan di atas, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan mahasiswa dalam mengoptimalkan budaya literasi di Indonesia, antara lain:

  1. Pentingnya kesadaran akan budaya literasi

Dalam kelangsungan kehidupan kesadaran adalah suatu hal yang penting, terutama dalam berintegrasi bersama masyarakat. Sebagai mahasiswa tentu haruslah sadar bahwa betapa pentingnya budaya literasi di era digital seperti ini yang sedang maraknya berbagai informasi di media sosial maupun internet. Jika sebagai kaum mahasiswa sadar akan berliterasi tentu akan mempermudah mereka dalam mencapai tujuannya. Sebaliknya, jika kesadaran itu tidak ada, maka akan sulit untuk memotivasi dirinya dan bahkan rasa keingintahuannya sudah pudar, hanya ada rasa acuh tak acuh.

  1. Dari diri sendiri

Peran mahasiswa dalam mengoptimalkan budaya literasi sebaiknya dimulai dari diri sendiri dengan cara menanamkan semangat dan antusias dalam hal membaca dan menulis serta memanfaatkan teknologi dan komunikasi secara tepat. Selain itu, juga ikut aktif berperan dalam meningkatkan budaya literasi di lingkungan sekitar.

  1. Sebagai fasilitator

Untuk menghadapi era society 5.0 peran mahasiswa sebagai fasilitator adalah memberikan pelayanan dan pembekalan kepada generasi muda dan masyarakat terkait budaya literasi dengan pemanfaatan teknologi digital, seperti mengadakan diskusi bedah buku maupun pembahasan seputar perkembangan literasi di era digital, melalui pemanfaatan media Zoom, G-meet, dan Youtube.

  1. Sebagai pelopor

Mahasiswa sebagai pelopor yaitu, memberikan perubahan, penyampaian kebenaran, dan memposisikan kemampuannya. Karena mahasiswa merupakan montor penggerak dinamis masyarakat. Untuk itu, mahasiswa harus memberikan ruang gerak bagi para generasi muda dan masyarakat dalam mengembangkan literasi. Seperti, mengadakan komunitas perpustakan jalanan, lapak buku atau rumah baca.

Demi meningkatkan budaya literasi untuk menuju “Indonesia Emas 2045” di era society 5.0. Sudah saatnya mahasiswa sebagai generasi muda yang bersinergi dan berdedikasi di dunia pendidikan maupun masyarakat sosial untuk bergerak dalam memberikan perubahan, melalui ide atau gagasan yang kreatif dan inovatif dengan memanfaatan perkembangan teknologi secara baik. Demi menjadikan Indonesia lebih maju, terutama di bidang literasi.

Penulis: Al Fatih Rijal Pratama

Editor: Munawir

DAFTAR PUSTAKA

Dera, N. K., Mujiwati, E. S., & Mukmin, B. A. (2017). Peran Mahasiswa Milenial Dalam Era Revolusi Industri Untuk Indonesia Maju. Literasi Dalam Pendidikan Di Era Digital Untuk Generasi Milenial, 163–170.

Kemendikbud. (2017). Peta Jalan Generasi Emas Indonesia 2045. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1–30. https://paska.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2018/08/170822-V.2-Generasi-Emas-2045-.pdf

Nastiti, F., & Abdu, A. (2020). Kajian: Kesiapan Pendidikan Indonesia Menghadapi Era Society 5.0. Edcomtech Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan, 5(1), 61–66. https://doi.org/10.17977/um039v5i12020p061

Suherdi, D., Fadillah Rezky, S., Apdilah, D., Sinuraya, J., Sahputra, A., Syahputra, D., & Wahyuni, D. (2021). Peran Literasi Digital Di Masa Pandemik. Cettleya Darmaya Fortuna.

Utami, L. D. (2021). Tingkat Literasi Indonesia di Dunia Rendah, Ranking 62 Dari 70 Negara. https://perpustakaan.kemendagri.go.id/?p=4661

Lebih baru Lebih lama