Dari : Faiz (Al-Freire)
Masa-masa terahir sebelum periode kepengurusan komisariat habis akan tetapi semangat kader PMII UINSATU tidak akan pernah habis.
Ujar kom ariz dengan semangat yang membara sambil tertawa jahat sebelum akhirnya lengser jabatannya dan kembali pulang sebagai mas-mas biasa.
Pada Forum Diskusi Komisariat (fdk) yang terakhir pada kepengurusan kom ariz ini, tema fdk kali ini mendapat komentari banyak orang, sebagai tema yang sangat cocok sekali untuk di bahas yakni tentang “Politik & Humanisme”.
Argumentasi tersebut cukup membuat forum diskusi menjadi hening dan senyap seolah olah para pakar politisi yang ada di forum merasa terancam oleh kebenaran akan omongan itu
Mengingat minggu minggu depan ajang kontestasi politik akan di mulai lagi di ranah PMII komisariat UINSATU, tema kajian ini tentunya sangat penting untuk di ketahui temen temen organisasi, yaaa karena ketika kita masuk organisasi manapun baik itu intra kampus, ekstra kampus maupun organisasi organisasi yang lain, pasti tidak jauh dengan politik, katanya kom ariz sembari menyampaikan prolog diskusi ini.
Ketika kita berbicara mengenai politik pasti akan selalu identik dengan hal hal yang tidak baik atau buruk atau segala sesuatu yang menggambarkan ketertindasan, disinilah letak humanisme di butuhkan, humanisme yang seharusnya menjadi sebuah alat untuk menjadikan politik sebagai sistem yang sehat dan menjadikan segala bentuk kebijakan itu sesuai dengan kemaslahatan bersama, akan tetapi sampai pada hari ini letak humanisme dalam politik masih belum bisa di temukan.
Politik dalam artian luas bisa di maknai sebagai cara untuk hidup berkelompok, sedangkan dalam artian sempit sendiri makna dari politik itu sangat variatif, sahabat nizar dengan gagahnya menyatakan di forum ini bahwa politik merupakan cara untuk mendapatkan kekuasaan atau bahkan sampai melanggengkan kekuasaan, argumentasi tersebut cukup membuat forum diskusi menjadi hening dan senyap seolah olah para pakar politisi yang ada di forum merasa terancam oleh kebenaran akan omongan itu.
Dalam hal ini yang dikatakan politik tidak selalu berada pada artian yang buruk, semua tergantung pengaplikasiannya, apabila politik di gunakan untuk hal yang mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok maka makna politik sampai hari ini masih kita kategorikan sebagai hal yang buruk, akan lain hal nya apabila politik bisa mementingkan kepentingan semua orang.
Pertanyaan nya jika kepentingan tiap orang atau kelompok berbeda beda maka siapa yang di untungkan dalam ber-politik? Jawaban nya adalah “Kelompok yang menang”, sungguh ironis bukan, ketika pihak yang menang sedang merayakan kemenangan dengan cara makan makan atau menghambur hamburkan uang sedangkan pihak yang kalah berhari hari atau bahkan berbulan bulan mengisi harinya dengan meratapi nasib.
Disinilah letak humanisme di perlukan, kondisi dimana salah satu pihak mengalami kerugian maka seharusnya humanisme dalam berpolitik hadir untuk membangkitkan lagi ghirah para pejuang-pejuang yang turut memperjuangkan (gagasan) kebijakan organisasi di masa yang akan datang, akan tetapi pada faktanya di lapangan sangat banyak sekali kelompok kelompok yang kalah pada masa kontestasi politik menjadi sebuah ancaman bagi kelompok yang menang alhasil timbul-lah yang di namakan dengan kaum kaum oposisi.
Sebenarnya kaum kaum oposisi sangat bisa di minimalisir, apabila kelompok yang menang tetap memanusiakan kelompok yang kalah, ya mungkin menuai banyak pro dan kontra apabila seorang pemimpin yang baru saja menggunakan sistem demokrasi yang seperti itu, tentunya dari pihak yang menang merasa rugi akan penghapusan kesenjangan sosial tersebut karena di rasa kurang adil.
Tidak akan ada banyak teori yang di pelajari pada diskusi ini, karena lebih cocok ketika kita kaitkan langsung dengan banyaknya kondisi lapangan, ujar kom ariz lagi dengan semangat yang membara sambil tertawa jahat sebelum akhirnya lengser jabatannya dan kembali pulang sebagai mas-mas biasa.