Momentum setahun sekali, setelah Hari Raya Idulfitri begitu miskin dan tak berharga, bila disia-siakan tak diselamatkan oleh manusia- yang masih menjunjung kebaikan tradisi.
Setelah 30 hari tak makan dan minum, dan menyentuh dengan halus serta cinta pada kekasih, bagi yang berumah tangga waktu pagi hingga Magrib, budaya nglencer tak luput ikut diramaikan oleh komisariat pergerakan mahasiswa Islam Indonesia (PMII) UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Momentum setahun sekali, setelah Hari Raya Idulfitri begitu miskin dan tak berharga, bila disia-siakan tak diselamatkan oleh warga-warga yang masih menjunjung kebaikan tradisi, atas peperangan kebudayaan modern saat ini.
Minggu, 21 April 2024 menjadi saksi sebagai tanggal dalam kalender, bahwa budaya nglencer atau anjangsana kepada keluarga tidak ditinggalkan oleh Komisariat PMII UIN SATU Tulungagung. Saksi tanggal itu bukanlah satu-satunya saksi pertanda Komisariat telah keliling menapaki aspal menuju para keluarga PMII di sekitar Tulungagung, melainkan hanya satu di antara sekian banyak tanggal bahwa PMII Komisariat UIN SATU yang dikomandoi Sahabat Aris telah usai injakkan kaki pada lantai rumah keluarga PMII Tulungagung.
Di atas meja terdapat suguhan berupa kacang goreng yang gurih, air putih yang segarkan tenggorokan setelah perjalanan, emping melinjo dengan rasa gurih dan kriuk saat masuk mulut, terlebih bila dipersilakan makan dengan berbagai lauk.
Keluarga di dalam PMII jangan diartikan bahwa PMII menganut ideologi nepotisme, bahwa keluarga adalah satu-satunya pilihan dalam mengisi lini kekosongan kekuasaan. Keluarga bukanlah karena ikatan darah dan pengalaman masa kecil, melainkan keluarga yang terbentuk dari hasil proses pengetahuan dan pengalaman untuk mewujudkan visi dan misi organisasi PMII bersama.
Menyambung tali silaturahmi, PMII Komisariat UIN SATU sudah nglencer ke berbagai rumah, mulai dari anggota, alumni, hingga dosen-dosen PMII di sekitar Kabupaten Tulungagung. Selain tali silaturahmi, banyak hikmah yang didapat Komisariat ketika nglencer. Tentu selain hikmah hilangnya rasa lapar saat nglencer, tentu saja doa-doa dari dosen yang didapat, juga kadang ampau.
Silaturahmi Idulfitri dalam kerangka NDP
Tauhid, hablun minallah, hablun minannas, hablun minal alam, adalah isi serta ajaran nilai dasar pergerakan (NDP) yang digunakan sebagai kerangka refleksi, kerangka aksi atau kegiatan, dan kerangka ideologis sebagai arah gerak PMII. NDP sebagai batasan dimana PMII boleh dan tidak dalam melangkah menuju sesuatu, adalah olah proses pengetahuan dari kitab kuning yang menjadi rujukan kaum NU.
NDP bisa dikatakan sebagai sari-sari ringkas namun mendalam, dari pengetahuan Islam khususnya Nahdlatul Ulama (NU), bagi keberlangsungan Islam yang rahmatan lil’alamin. Sehingga sebagai dasar dari kerangka segala kegiatan dan pemikiran PMII, NDP mampu memayungi hal-hal yang bersifat teknis hingga teoritis, tak terkecuali nglencer, kegiatan bepergiandan bertamu ke rumah keluarga, sanak, dan saudara sedarah maupun tanpa ikatan darah, dalam rangka silaturahmi dan saling minta maaf atas kesalahan terdahulu yang terlupakan maupun yang disembunyikan.
Nilai hablun minannas, tertuang dalam firman Tuhan;
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal, sesugguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. AI Rujurat; 13).
Dalam ayat ini Tuhan mengupayakan salingnya berkenalan, mengenal sosio-kultur masing-masing bangsa dan suku di antara manusia sedunia, lalu Tuhan memberikan petuah-Nya “yang paling mulia, adalah yang paling takwa”, sehingga dari perkenalan itu, mengakibatkan percakapan kebaikan untuk mengangkat derajat, entah pengetahuan dan ilmu, spiritual, ataupun mencangkup sebuah kekerabatan bernilai positif tentang keadilan. Ikatan dengan para sahabat PMII, maupun alumni yang sedang diupayakan melalui nglencer, sesungguhnya adalah upaya untuk menjalankan perintah Tuhan dengan nyaman dan bahagia.
Bagaimana tak bahagia, bila saat sampai ke rumah para alumni PMII maupun anggota PMII, di atas meja terdapat suguhan berupa kacang goreng yang gurih, air putih yang segarkan tenggorokan setelah perjalanan, emping melinjo dengan rasa gurih dan kriuk saat masuk mulut, terlebih bila dipersilakan makan dengan berbagai lauk. Perut dan akal serasa tak salah jauh-jauh menemui dosen atau mahasiswa PMII, sebab terhidang lodho, ketupat, nasi putih, kerupuk, sate, dan bakso.
Tapi, hidangan utama bukanlah acara makan-makan penguat tenaga dan senyum itu, melainkan ketika bercengkrama dengan hangat, sedikit tawa, dan percakapan itu tak mengandung unsur kesia-siaan. Percakapan agar manusia dapat menempuh jalan takwa, tak luput dari pembicaraan nglencer, masalah politik pembuka hati untuk menerima, ilmu sejarah PMII dan perjuangan, dan bagaimana mahasiswa PMII dapat menempuh jalan ke-PMII-an dengan wujud manusia berakal dan berhati, dengan Tri Moto PMII.
Menambah ikatan hubungan dengan manusia lain, beda suku dan bangsa memang penting. Namun, menjaga ikatan terhadap sesama manusia juga tak kalah penting. Sehingga nilai NDP hubungan dengan manusia, ialah mengikat juga mengencangkan tali persaudaraan dengan tujuan meraih takwa bersama-sama.
Penulis: Alfin
Editor: Putri