Tumbuhkan Dialektika Kritis dan Relasi Pada Gender, KOPRI Rayon Mohammad Al-Fatih Gelar SIG ke-IV

SIG ke-IV Rayon Mohammad Al-Fatih-Dok.Istimewa-Al Fatih


Tulungagung, KOPRI Rayon Mohammad Al-Fatih  Komisariat Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah (UIN SATU) Tulungagung mengadakan Sekolah Islam Gender (SIG) yang ke-IV. Acara ini dilaksanakan selama dua hari yakni, pada hari Kamis-Jumat (15-16/12/2022), bertempat di Rayon Mohammad Al-Fatih. Pada SIG ke-IV ini, KOPRI Rayon Mohammad Al-Fatih mengusung sebuah tema berjudul “Dialektika Kritis Relasi Pada Gender”. 


Terkait hal itu, perlu diketahui bersama bahwa sejak berdirinya KOPRI pada tanggal 25 November 1967 di semarang, berbagai fase perubahan telah dialami karena terjadinya dialektika wacana serta pemikiran tentang Gender dan Feminisme yang mengakar dalam tubuh KOPRI.


Gagasan terkait Gender maupun Feminisme ini muncul dalam sebuah proses sebagai pengetahuan maupun dalam pengambilan kebijakan terkait persoalan-persoalan yang terjadi di kehidupan masyarakat. 


Dalam Sebuah Term Of Reference (TOR) Sekolah Islam Gender KOPRI Rayon Mohammad Al-Fatih Juga dijelaskan alasan mengadakan sebuah Sekolah Islam dan Gender. Dikarenakan Organisasi PMII, khususnya KOPRI merupakan ruang pergerakan kader putri yang di dalamnya menjawab permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kader putri PMII khususnya, dan perempuan secara luas pada umumnya. 


Kader putri PMII seringkali di anggap sebelah mata karena di anggap lemah terutama dalam bidang speak up yang mengakibatkan hilangnya rasa percaya diri kader putri pada kemampuan diri nya untuk menyuarakan apa yang harusnya di perjuangkan. Keresahan yang terjadi pada kader KOPRI ini menjadi alasan dan bukti yang kuat perlu di adakannya sekolah untuk menjadikan KOPRI kader yang berintelektual, bermilitan, dan independen.


Sahabat Aisyah selaku Ketua Pelaksana SIG ke-IV Rayon Mohammad Al-Fatih juga menjelaskan mengenai tema yang diambil tersebut bahwa setiap kata dalam tema tersebut mengandung sebuah makna. Seperti kata “Dialektika” yang mengandung maksud bahwa kader KOPRI itu lebih difokuskan dalam membicarakan menganai study case. Dan maksud kata “kritis” itu lebih condong ke dalam mengutaraan ide-ide atau pendapat dengan kritis yang menyangkut soal materi yang telah di dapatkan dan juga mengenai tentang study case.


“Selain itu, mereka juga akan berani dalam berspeak-up dan berdiskusi secara kritis dalam menghadapi perosalan-persoalan yang ada dan terjadi pada perempuan,” ungkapnya.


Selain itu, Ia juga menegaskan bahwa maksud kalimat “Relasi pada Gender” itu berkaitan dengan gender Islam dan Gender yang membahas terkait tentang kesetaraan gender dan keadilan gender yang mencangkup bahasan-bahasan seputar itu.

 

“Yang didapatkan dari SIG itu tidak stag (berehenti) ke mereka. Mereka juga bisa berbicara di depan orang lain, bahkan juga bisa mengajak orang lain berproses dalam KOPRI. Tegasnya, menyelesaikan kaderisasi di KOPRI Rayon dulu. Jadi, dengan adanya SIG dengan tema tersebut akan menghegemoni mereka agar tetep berporses dan tidak stag-nan,” jelasnya.


Dirinya juga menceritakan bahwa zaman sekarang ini kalau tidak mengerti tentang maksudnya, mereka bakal tidak beringinan tahu. Kalau seorang Kader KOPRI memiliki rasa keinginantahuan yang lebih, mereka akan mau berporses, karena rasa penasaran itu.


“Oleh karena itu, rasa-rasa ingin tahu haruslah ditumbuhkan. Sebenarnya, perempuan itu memiliki keinginan yang tinggi dalam berpendapat namun karena keterbatasaan keadaan mereka itu sangat sulit untuk mengutarakan. Contohnya: seorang perempuan ketika ditanya, sampean pingin apa? Jawabnya justru malah 'sembarang.' Oleh karena itu, adanya SIG ini bisa menjadi ladang untuk mereka berspeak-up dan mengutarakan rasa ingin tahu mereka terhadap sesuatu,” tandasnya.


Penulis: Rijal Pratama

Lebih baru Lebih lama