PB PMII Utamakan Kaderisasi dan Penataan Organisasi

Muspimnas PMII 2022-Dok.Istimewa-Al Fatih



Tulungagung- Pembukaan Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas) yang dilaksanakan di Universitas Sayyid Ali Rahmatullah pada hari kamis (17/11/2022), bertempat di Lapangan utama depan perpustakaan Pukul 13.30 WIB.


Dalam sambutannya Ketua Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam M. Abdullah Syukri atau kerap di sapa tum abe menyampaikan kepada sahabat-sahabat yang hadir diacara Muspimnas 2022 untuk merefleksikan kembali forum besar nasional pertama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia setelah tiga tahun yang lalu, terakhir berkumpul di Muspimnas Boyolali.


"Kita berkongres setengah tahun yang lalu itu di tengah pandemi sehingga dibagi menjadi 6 zona dan ini adalah forum besar pertama dan terlihat antusiasme yang besar dari sahabat-sahabat semuanya," ungkapnya. 


Abe juga memyampaikan bahwa, untuk sahabat-sahabat semuanya agar menunjukkan bahwa kita bisa beradu gagasan. Karena dalam musyawarah pimpinan nasional ini akan menghasilkan peraturan-peraturan organisasi yang menjadi turunan dari AD/ART. Dan ada sebagian ditambahkan disesuaikan ada yang ditambah dan ada yang dikurangi.


"Yang nanti akan kita bahas utamanya adalah kaderisasi dan penataan organisasi, sedikit mengulas sahabat-sahabat, apa yang kita alami pada Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia setiap dekade berubah. Pada tahun 60 an pada pertama kali Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia didirikan saat itu situasinya adalah peralihan orde lama kepada orde baru. Dilanjutkan pada tahun 70 an hingga 80 an saat itu sedang menguatnya orde baru. Kemudian di era 90 an saat itu menggalaknya reformasi," jelasnya. 


Ia juga menyampaikan bahwa saat itu mahasiswa turun ke jalan, dipimpin oleh sahabat Muhaimin Iskandar pada tahun 94-97. Dan hal itu adalah salah satu momentum pencapaian terbesar organisasi PMII. yang mana bagaimana organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia menjadi salah satu organisasi yang mengantarkan negera kita kepada pintu reformasi. 


Kemudian beralih pada tahun 2000 an, situasi saat itu adalah transisi demokrasi yang terbiasa serba tertutup sampai tahun 2000-an semuanya terbuka. 


"Sahabat-sahabat apa yang dirumuskan oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia pada hari ini tentu harus berbeda, situasi zaman kita pada saat ini berbeda pada tahun-tahun yang tadi saya sebutkan," terangnya. 


"Pada tahun ini sahabat-sahabat yang kita hadapi diantaranya adalah revolusi industri, ancaman krisis pangan, ancaman kepada perdamaian dunia, perubahan iklim, bonus demografi, perkembangan dan percepatan teknologi," Imbuhnya


Dalam hal itu, merupakan situasi-situasi yang jauh berbeda dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia pada 20 hingga 30 tahun yang lalu. 


"Untuk itu saya berharap formulasi kaderisasi dan yang kita bahas paradigma PMII yang kita bahas eksploitasi yang kuat, tidak seperti pada 20 atau 30 tahun yang lalu. Sehingga dunia aktivis pada hari ini tidak seperti romantisme pada gerakan-gerakan yang sudah berlalu. Sehingga dunia aktivis pada hari ini tidak seperti romantisme pada gerakan-gerakan yang sudah berlalu," harapnya. 


"Tentunya, ini tidak menghilangkan ciri khas sebagai kader pertama yang dipilih sebagai pemimpin, yang kedua dipilih oleh seorang kader yang ideologis, bersaing secara keislaman bersaing secara kebangsaan, tetapi untuk menjawab tantangan zaman dengan memiliki skil dan profesi-profesi yang spesifik sehingga kita bisa menjadi kader-kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang paripurna," Imbuhnya. 


Abe juga menyampaikan bahwa para sahabat juga ingin melihat political while yang sama dari pemerintah, seperti pemerintah bersemangat menggelar G20. Akan tetapi pemerintahan juga harus bersemangat mengentaskan kemiskinan yang ada di Indonesia.


Para Kader PMII juga ingin melihat pemerintah tidak hanya bersemangat membangun kereta cepat Jakarta-Bandung, tetapi juga bersemangat memberantas korupsi yang ada di Indonesia.


"Saya sampaikan disini dengan tegas, bahwa Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia menolak politik polarisasi, kita tidak ingin terpecah belah, kita tidak ingin merusak persatuan dan kesatuan yang sudah dibangun ratusan tahun yang lalu oleh pendiri bangsa kita, kita tidak ingin merusak ini semua hanya karena merebutkan kursi kekuasaan. Dan tentunya kita Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia fokus pada kriteria calon pemimpin, tidak fokus terdahap personifikasi yang dibangun branding melalui media sosial dan sebagainya," pungkasnya.


Penulis: Al Fatih Rijal Pratama 

Lebih baru Lebih lama